Kajian Timur Tengah & Islam, Universitas Indonesia (dlm Marissa Haque & Taufika Ramadhani)

Kajian Timur Tengah & Islam, Universitas Indonesia (dlm Marissa Haque & Taufika Ramadhani)
Kajian Timur Tengah & Islam, Universitas Indonesia (dlm Marissa Haque & Taufika Ramadhani)

PSKTTI UI, Kajian Timur Tengah & Islam, Universitas Indonesia (dlm Marissa Haque Fawzi), April 2012

PSKTTI UI, Kajian Timur Tengah & Islam, Universitas Indonesia (dlm Marissa Haque Fawzi), April 2012
PSKTTI UI, Kajian Timur Tengah & Islam, Universitas Indonesia (dlm Marissa Haque Fawzi), April 2012.jpg

JAKARTA, Ketua ILUNI Pusat & ketua ILUNI Kajian Timur Tengah & Islam, Universitas Indonesia

JAKARTA, Ketua ILUNI Pusat & ketua ILUNI Kajian Timur Tengah & Islam, Universitas Indonesia
JAKARTA, Ketua ILUNI Pusat & ketua ILUNI Kajian Timur Tengah & Islam, Universitas Indonesia (dlm Marissa Haque Ikang Fawzi), April 2012.

Alhamdulillah, Pernikahan Nana Firman Saudariku yang Cerdas (dalam Marissa Haque & Ikang Fawzi)

Alhamdulillah, Pernikahan Nana Firman Saudariku yang Cerdas (dalam Marissa Haque & Ikang Fawzi)
Alhamdulillah, Pernikahan Nana Firman Saudariku yang Cerdas (dalam Marissa Haque & Ikang Fawzi)

Inginku Lancar Berbahasa Arab seperti Ustd, Syafii Antonio, PhD

Inginku Lancar Berbahasa Arab seperti Ustd, Syafii Antonio, PhD

Marissa Haque & Ikang Fawzi, on Selebrita Pagi, TRANS7, 21 November 2011

Marissa Haque & Ikang Fawzi, on Selebrita Pagi, TRANS7, 21 November 2011

Marissa Haque dan Ibu Sofyan Djalil dlm Peluncuran Majalah EDUCARE Milik Guntur Subagja, MSi

Marissa Haque dan Ibu Sofyan Djalil dlm Peluncuran Majalah EDUCARE Milik Guntur Subagja, MSi
Marissa Haque dan Ibu Sofyan Djalil dlm Peluncuran Majalah EDUCARE Milik Guntur Subagja, MSi (Alumni PSKTTI UI)

ILUNI, Alumni PSTTI UI, Para Senior Marissa Haque Ikang Fawzi

ILUNI, Alumni PSTTI UI, Para Senior Marissa Haque Ikang Fawzi
ILUNI, Alumni PSTTI UI, Para Senior Marissa Haque Ikang Fawzi

UI PSTTI, Taufika Ramadhani & Marissa Haque Fawzi , semangat memulung ilmu

UI PSTTI, Taufika Ramadhani & Marissa Haque Fawzi , semangat memulung ilmu
UI PSTTI, Taufika Ramadhani & Marissa Haque Fawzi , semangat memulung ilmu

UMROH Kami,Ternyata Warna Biru PAN Sudah Lama Bersama Keluarga Kami

UMROH Kami,Ternyata Warna Biru PAN Sudah Lama Bersama Keluarga Kami
UMROH Kami,Ternyata Warna Biru PAN Sudah Lama Bersama Keluarga Kami (Marissa Haque Ikang fawzi + Isabella & Chikita)

Marissa Haque Fawzi & Keluarga Besar Fawzi di Universitas Indonesia

Marissa Haque Fawzi & Keluarga Besar  Fawzi di Universitas Indonesia
Marissa Haque Fawzi & Keluarga Besar Fawzi di Universitas Indonesia

Selamanya Cinta, Marissa Haque Ikang Fawzi (dalam Coklatnya PSTTI UI)

Selamanya Cinta, Marissa Haque Ikang Fawzi (dalam Coklatnya PSTTI UI)
Selamanya Cinta, Marissa Haque Ikang Fawzi (dalam Coklatnya PSTTI UI)

Rabu, 29 Agustus 2012

Marissa Haque Fawzi: "Manusia Sebenarnya Sedang Tidur"



Jakarta, 12 Juli, 2004
Oleh Marissa Haque Fawzi

Untuk Majalah Noor edisi September 2004.



Dalam sebuah perenungan panjang, tatkala kutatap lalu lalang manusia yang menyemut dalam sebuah perjalanan panjang Bintaro ke Jakarta Pusat, terbayang wajah-wajah banyak manusia melangkah dengan mata terpejam. Ah, mereka sedang tidur!

Annemarie Schimmel, seorang wanita keras hati namun halus budi yang dititipi Allah kecerdasan diatas rata-rata dengan kemampuan verbal yang sangat lancar, adalah salah seorang role model ku didunia Sufisme/Tasawuf. Dalam salah satu buku tulisannya yang berjudul Jiwaku adalah Wanita, didalam paragraf pembukanya diceritakan sebuah kisah tentang seorang guru India yang sedang berkunjung ke Damaskus, Syria.

Buku yang diceritakan tersebut adalah sebuah buku tua terbitan 1872 dengan judul Padmanaba dan Hasan. Disana sang guru India tersebut memperkenalkan awal langkah misteri kehidupan spiritual kepada seorang anak laki_laki yang bernama Hasan yang membawanya kesebuah ruang bawah tanah. Ada sebuah keranda yang berdampingan dengan bekas singgasana Raja teronggok, dikelilingi sekumpulan harta benda ratna mutu manikam yang tak ternilai. Pada keranda tersebut terpatri kata-kata “…sebenarnya manusia itu semua sedang tidur, ketika mereka meninggal dunia, pada saat itulah mereka sebenarnya terbangun.” Schimmel kemudian baru menyadari belakangan bahwa ternyata sepenggal kata-kata yang terpatri tersebut adalah hadis Rasulullah Muhammad yang amat disukai dikalangan para Sufi dan penyair dunia Islam.

Didalam konteks posisiku sebagai anggota DPR terpilih periode 2004-2009 melalui partai Politik PDI Perjuangan, aku merasakan sepotong tulisan yang saya kutip diatas dari buku Annemarie Schimmel, adalah sebuah metafora pula dari penggalan lain langkah kehidupanku dalam kaitan dengan dunia politik. Betapa kehidupan singkat manusia ini hanyalah sepenggal mimpi pendek bunga tidur yang akan menetukan sebuah kehidupan abadi lainnya setelah alam dunia ini. Betapa sesungguhnya mimpi pendek ini sangat silau dengan tipu daya yang menjerumuskan. Alangkah kita nantinya akan menyesali ayunan langkah kehidupan yang telah kita lakukan, saat kita menyadari bahwa dikala mati kelak tidak satupun harta dunia akan terbawa.

Menjadi seorang anggota DPR, merupakan amanah sekaligus ujian dan jebakan yang nyata, yang akan menguji apakah dipenghujung langkah hidupku kelak aku layak menjadi kekasih Allah dan sahabat Rasulullah. Dimana kebutuhan transendental merupakan intrinsik atau innate property yang membuat setiap manusia itu cinta Illahi—apapun agama yang dipeluknya—dan ingin bersatu dengan Nya dikehidupan abadi kelak. Saat itu adalah saat dimana manusia sudah benar-benar bangun dari tidurnya. Namun sekarang masalahnya. Apakah manusia mengetahui bahwa sebenarnya mereka itu sedang tidur pada saat mereka sedang melakukan aktifitas kesehariannya? Wallahualam bisawab. Semoga Allah SWT membimbing pada jalan keselamatan didunia dan di akhirat, dan mengumpulkan kita semua kelak didalam tempat yang sejuk serta penuh dengan cahaya cinta kasih abadi.


Marissa Haque Fawzi: "Manusia Sebenarnya Sedang Tidur"

Senin, 27 Agustus 2012

Marissa Haque Fawzi: "Indonesia's Cinematic Art Stumble and Surge"


Indonesia's Cinematic Art Stumble and Surge
 
World Paper, New York, USA
June, 2001


By. Marissa Haque Fawzi
An Indonesia Actress, is in Residence at Ohio University

 

Indonesia as a country among many countries in the world, cannot escape of the effect of globalization. More specially, the Indonesia film industry is influenced and shaped by the cultures and trends of many other nations. This assimilation necessary and positive for progress and increased quality as long as an individual maintains his/ her own touch, so to speak. This process is guaranteed by the fact that our world grows smaller everyday and the boundaries that once existed are no more.

The father of Indonesia film, Mr. Haji Usmar Ismail, was the first Indonesia artist to graduate from the School of Film at the University of California Los Angles as early as the 1940s. Generations to follow in the 1970’s were strongly predisposed to Russian production style and technique with Indonesian graduate from Moscow University such as Syumandjaja and Amy Priono.

Many artists to follow, Producers and Directors are products of Indonesia education and training. Their work, also distinguished, is colored by local wit and wisdom. A result of their efforts has been “Edutainment” or educational entertainment for the Indonesian citizen.

The only trouble with this is seen in the extremely small ratio of these artists in relation to the population of Indonesia, which far exceeds 200 million. If the love of money is the root of all evil it has also been the demise of the film industry in Indonesia. Many Directors viewed the production of movies as a monetary printing press.

The typical Indonesian film left nothing for the viewing public; there was no moral message and no real meaning. By the end of 1980s the film industry has stagnated and come to screeching halt. The Indonesia government further stifled the industry’s creativity and quality, and the differences from one film to the next became almost impossible to discern. It was a frustrating time for the movie-going public and even exasperating for those production teams that sought to create.

In 1990s gave us Garin Nugroho. As a young man, he graduated from University of Indonesia with a degree in Law and attended Indonesia’s Institut Kesenian Jakarta (Indonesian Art Institute). Garin Nugroho was determined to create new standard, and in the mid-1990s he began work. Nugroho presented an Eastern European style of production. Many Indonesian viewers did not understand this style of production and found the storylines difficult to follow, but his works have been honored (and have placed) at almost every international film festivals in which those have appeared.

Toward the end of 1999, a group of young Indonesian film graduates that, to date, do not wish to be identified with other movie production teams, came together to produce. They represent the new techno generation, seeking something new and different from all who came before them, and it is known to Indonesians today as the movie Kuldesak. This independent production team used a grassroots style marketing strategy throughout production. The film smacks of Quentin Tarantino. The theme song from thia movie was also honored by MTV at the MTV awards 2000 in New York.

The year 2000 was phenomenon for Rivai Riza (Film Director), Mira Lesmana and Triawan Munaf (Co Producers) with their award-winning production Petualangan Sherina or the Adventures of Sherina. The British honored this production with the presentation of the British Chavening Award Scholarship to Riza. This is only logical because Riza finished his Master of Arts in screenwriting at a British Institution in 1999. Riza ia rich with British style.

What do we see in the future of the Indonesian film industry? What style do we hope will prevail? There are so many possibilities, but that which cannot be denied and is clear to even those who would close their eyes is that American films are shown on every channel of Indonesian television and fill Indonesian theatres. In this lies an undeniable answer.

We are also aware that American film is a collection of assimilations from across the world. Thus we come full circle of globalization and interdependent world in which we live. We will, each and every one of us, learn from all of those around us without exception, if we hope to progress. This is a continual process that will go on for as long as we breathe.

Marissa Haque Fawzi: "Indonesia's Cinematic Art Stumble and Surge"

Minggu, 26 Agustus 2012

Marissa Haque Fawzi: "Menasehati tentang Bumpy Road dan Real World"

f6934fbc6508e64aebef3aeec5b15205_marissa-haque-iikang-fawzi-dan-al-quran-dari-gito-rollies-2008 
Hidup tidak pernah linier, bahkan cenderung sangat fluktuatif berkelanjutan. Seringkali saya berhasil memotifasi diri sendiri dengan mengatakan: “…saya bahagia, dan karena saya bahagia orang lain juga jadi bahagia.” 

Siang tadi barusan, saya kedatangan seorang sahabat saat SMP dulu dan bertanya tentang jadwal reuni. Sementara saya pribadi masih sangat kelelahan, karena baru saja tiba dari luar kota untuk suatu pekerjaan. Saya tanyakan dengan hati-hati, apa yang membuatnya sangat ingin ber-reuni, adakah sesuatu yang istimewa semisal ingin bertemu mantan pacar, canda saya sepenuh hati. Ternyata, teman SMP ku tadi baru saja menjanda karena ditinggal oleh suami dan dia sedang harap-harap cemas dengan pekerjaan baru yang sebelum lebaran baru dikirmkan lamarannya.

Memang wajah sahabat SMP ku itu terlihat lumayan stressful, dan kulit wajahnya tidak semulus saat kami remaja dulu. Saya pun seusia dengan dirinya. Namun mungkin juga karena rajin merawat serta sangat kuat minum ramuan Madura, saya dengan ge’er di dalam hati merasa tampil lebih muda dari dirinya.

Sahabatku itu ternyata sedang menanti pekerjaan, dan kabar yang tak kunjung tiba itu rupanya mengahadirkan kecemasan tinggi dalam dirinya. Dan dia merasa bahwa saat-saat menganggurnya itu sering menyelemuti dirinya denag emosi yang tidak stabil. Menyandang status sebagai pengangguran dan sering mendapat hinaan kecil ari sanak keluarga terutama salah seorang dari anakknya, membuat dirinya semakin diliputi rasa tidak percaya diri. Saya menduga hal tersebut memperburuk kondisi kejiwaan sahabatku sehingga membuat dirinya tampak lebih tua dari diriku.

Sehingga dengan sangat hati-hati saya mencoba memberikan saran pada dirinya, semampu saya dengan ilmu psikologi dasar yang pernah say abaca sebagai berikut:
(1) Berdoa dan Berekelanjutan Minta pada Allah;
(2) Manfaatkan Hobi;
(3) Terus Buka Komunikasi untuk Beragam Peluang;
(4) Back to School; dan
(5) Kreatif Ciptakan Panggung Aktualisasi Diri.

6e04cedad42183b0bec663ff76cfef95_recharging-harmoni-pernikahan-pasca-komitmen-in-bali-27-tahun-lalu-dlm-ikang-fawzi-marissa-haque 
Keterangan lebih rincinya adalah intinya jangan pernah lupa untuk terus-menerus minta keajaiban dari Allah Azza wa Jalla, agar selalu secepatnya dibukakan pintu rizki dari jalan yang diridhoi-Nya saja. Kemudian cob alirik kembali beberapa hobi lamanya, yang saat dilakukan membuat suasana hatinya bahagia. Saya beri contoh bahwa saya sangat bahagia saat sedang melukis, lalu suami serta kedua anak putrid kami sangat bahgia saat sedang menyanyi dan mencipta lagu. Selanjutnya, terus berkelanjutan membuka komunikasi untuk beragam peluang. Cek kembali koleksi lama vuku alamat dan album kartu nama relasi dan kerabat. Jika memiliki sisa tabunga kembali kuliah, lebih tepatnya karena saya tahu sahabatku itu sangat cerdas adalah Back to School atau kembali lagi ke bangku kuliah. Ambil S2 lalu S3. Ambil jurusan yang cocok dengan kemampuan serta karakter sosio-enterpreneur kita sehingga mampu kreatif ciptakan panggung aktualisasi diri.

Saat kami berpisah sore ini terlihat mulai berkurang murung di wajah manisnya. Semoga saja silaturahim kami tadi membawa keberkahan bagi kami semua. Saya menyayangimu sahabatku… dan ingin melihatmu kembali semanagt serta ceria seperti hari-hari kita dulu sekian masa silam.

Marissa Haque Fawzi: "Menasehati  tentang Bumpy Road dan Real World"

PSKTTI UI, Kajian Timur Tengah & Islam, Universitas Indonesia (dlm Marissa Haque Fawzi), April 2012

PSKTTI UI, Kajian Timur Tengah & Islam, Universitas Indonesia (dlm Marissa Haque Fawzi), April 2012
PSKTTI UI, Kajian Timur Tengah & Islam, Universitas Indonesia (dlm Marissa Haque Fawzi), April 2012.jpg